Oposisi Malaysia Kembali Tuntut Reformasi Pemilu

Minggu, 18 November 2007 (Kompas CyberMedia, Indonesia)
http://kompas.com/ver1/Internasional/0711/18/035453.htm
KUALA LUMPUR, SABTU – Kelompok oposisi Malaysia, Sabtu (17/11), kembali melakukan aksi menuntut reformasi aturan pemilu yang lebih bersih di negara itu. Aksi protes dalam kelompok kecil daripada sekitar 30.000 orang pada Sabtu pekan lalu ini segera dibubarkan polisi Malaysia.

Kantor berita AFP melaporkan, polisi segera menyita balon dan selebaran saat kelompok oposisi beranggotakan 10 orang membagi-bagikan seruan bagi reformasi aturan pemilu. Aksi ini berlangsung di sebuah stasiun kereta api yang padat manusia di Kuala Lumpur.
Ronnie Lui, dari Partai Aksi Demokratik (DAP) yang beroposisi menggambarkan tindakan polisi itu sebagai bentuk dari “intimidasi dan pelecehan”. Polisi datang dan mengambil balon dan selebaran yang isinya meminta warga Malaysia mengenakan pakaian warna kuning setiap hari Sabtu, sebagai bentuk menuntut adanya reformasi aturan pemilu.
Polisi Malaysia pada Sabtu pekan lalu juga membubarkan aksi protes sekitar 30.000 orang yang menuntut reformasi aturan pemilu. Mereka menilai aturan pemilu di Malaysia penuh kecurangan. Aksi protes ini merupakan yang terbesar di negeri jiran itu dalam satu dekade terakhir ini.
Protes yang berlangsung di tengah hujan dan adanya larangan resmi untuk berunjuk rasa ini akhirnya bubar setelah polisi menggunakan tembakan gas air mata dan meriam air untuk menghalau massa. Pihak oposisi juga mengajukan memorandum kepada Raja Malaysia Sultan Mizan Zainal Abidin guna mempertimbangkan tuntutan reformasi ini.
“Saya tegaskan bahwa aksi protes jalanan guna mendorong kampanye pengenaan pakaian warna kuning setiap hari Sabtu ini berlangsung sukses sekalipun ada tindakan polisi,” ujar Ronnie Lui. Mereka berhasil mendistribusikan sejumlah balon dan selebaran sebelum polisi datang.
Aksi protes yang digalang koalisi partai-partai oposisi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) itu menyerukan “bersih” berkenaan dengan aturan pemilu Malaysia yang lebih menguntungkan Barisan Nasional. Koalisi Barisan Nasional yang dipimpin Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) menguasai Malaysia beberapa dekade ini.
Menurut Ronnie Lui, warna kuning dalam aksi protes ini melambangkan kekuatan rakyat (people power), kebebasan, dan keadilan. Oposisi Malaysia selama ini juga menuntut kebebasan berekspresi dan akses yang seimbang ke media massa.
Protes Uni Eropa
Kuala Lumpur, Sabtu, mengirim nota protes kepada Uni Eropa (UE) mengecam kritik yang dilontarkan diplomat UE, Thierry Rommel. Rommel pada hari terakhir tugasnya di Malaysia mengatakan bahwa Malaysia hidup praktis di bawah sebuah negara dalam keadaan darurat.
Penegasannya ini berkenaan dengan tindak keras polisi menggunakan gas air mata dan meriam air pada Sabtu pekan lalu guna membubarkan aksi protes antipemerintah. Tindakan polisi ini juga mendapat kecaman luas dari pihak oposisi dan LSM.
Menteri Luar Negeri Malaysia Syed Hamid Albar, sebagaimana dikutip kantor berita Bernama, mengatakan, kritik Rommel itu tidak punya dasar dan aneh. “Sebagai seorang diplomat, dia seharusnya lebih hati-hati dalam membuat komentar,” ujarnya. Ditambahkan, komentar Rommel itu tidak membantu memperkuat hubungan Malaysia dan UE. (Reuters/AFP/PPG)